Jumat, 23 September 2016

Kado Terindah

Malam sabtu ini aku masih disibukkan dengan anime anime yang sedangku tonton. Mungkin besok ada pr tapi aku tidak mempedulikannya. itu biasa bukan untuk pelajar ?

sekarang aku sedang melihat foto-fotoku bersama teman-temanku. inilah yang selalu aku lakukan saat ku sedang sendiri. Melihat kita semua berkumpul, dengan senyum khas kita masing-masing dan dengan pose yang aneh. I love pictures, because the best thing about them is; they never change, even when the people in it do.
Ku akui, memang sudah banyak yang berubah karna ini bukan tentang siapa yang kenal lebih dulu, atau siapa yang paling baik dan pengertian. Tapi ini tentang siapa yang datang dan tak pergi. Tapi tenang, aku bukanlah seorang yang lupa diri, aku selalu menghargai setiap kenangan yang pernah kita lewati walaupun nyatanya kita telah sibuk masing-masing.

Dan, teruntuk kalian yang tetap bersamaku hingga saat aku sedang menulis blog ini. ku ucapkan beribu-ribu terimakasih. kalian mau bertahan bersama orang aneh seperti diriku ini.
Untuk kalian yang setiap harinya mendengar curhatanku, jangan pernah lelah dan bosan ya, aku sayang kalian.
Untuk kalian yang selalu membuatku sulit bernafas karna tingkah konyol kalian, teruslah seperti itu, aku tahu kalian gila. tapi aku sayang kalian. 
Untuk kalian yang selalu bersamaku menuruti kegabutanku, tetaplah bersamaku,temani aku walaupun terkadang kita hanya mutar-mutar komplek saja. maafkan ya aku merepotkan. tapi aku sayang kalian.

Bolehkah aku berharap kalau kita takkan berpisah? Tetap bersama sampai rambut ini memutih, sampai kulit kulit kita tak sekencang dan tak semuda sekarang?
Nanti, saat kita sudah punya kehidupan masing-masing ceritakanlah tentang kita kepada anak kita kelak, agar dia tahu orang tua nya pernah merasakan Masa SMA yang luar biasa.

Lupa tugas, cabut kekantin, melawan guru, tertawa bersama. akan menjadi ingatan terindah yang bersemayam dibenak ingatan.

'Ujian Nasional' yang disebut sebagai akhir dari segala perjuangan para pelajar semoga bukanlah awal dari perpisahan kita.
Tetaplah kita berjalan seiringan, meraih sukses bersama-sama. Kalian luar biasa, terimakasih!

   'You can be happy in relationship, but you dont need a relationship to be happy'




-yang dipenuhi rasa syukurku kepada Allah
karna dipertemukan oleh kalian semua.

Selasa, 20 September 2016

mungkin kamu?

Berulang kali hampir ku coba membuka hati, sialnya hati ini menutup kembali dengan alasan takut terluka lagi.

Berulang kali ku coba jatuh cinta, namun kita semua tahu yang namanya 'jatuh' pasti sakit. dan kembali pada alasan yang sama, aku hanya takut terluka lagi, hanya takut salah pilih lagi.

Berulang kali ku coba memaafkan dan mengikhlaskan sang pembuat luka, namun gagal.

Berulang kali ku jatuh lagi, tersungkur lagi, sampai luka ini semakin parah.


"Aku butuh obat!" teriaku, dalam hati.


Seperti sulap, kamu datang. Iya kamu.


dulu tiga tahun digedung yang sama, kita disana. tapi tak ada cerita diantara kita disana.

Orang asing yang bermetamofosis menjadi.... tunggu, bolehkah aku menyebutmu sebagai penyembuh luka?


Namamu menjadi notif yang selalu kuharapkan ketika ponselku menyala.

Tersenyum, itulah yang aku selalu lakukan saat membaca pesan mu

Sampai larut malam kita bertukar pesan. membicarakan hal-hal yang sebenarnya sangat tidak penting untuk dibicarakan.

Aku tidak mengharapkan sebuah status diantara kita, aku hanya butuh kamu yang selalu tetap disini. jangan menjadi bagian dari mereka yang meninggalkanku. karna yang kubutuhkan itu kamu, sang penyembuh luka.




-Disela-sela kerumitan pr fisikaku
dan yang sedang memikirkanmu.

Lagi... Tentang kita -dwitasari

Kali ini, aku tak akan menjelaskan tentang kesepian, atau bercerita tentang banyak hal yang mungkin saja sulit kaupahami. Karena aku sudah tahu, kamu sangat sulit diajak basa-basi, apalagi jika berbicara soal cinta mati. Aku yakin, kamu akan menutup telinga dan membesarkan volume lagu-lagu yang bernyanyi bahkan tanpa lirik yang tak bisa kauterjemahkan sendiri. Aku tidak akan tega membebanimu dengan cerita-cerita absurd yang selalu kaubenci. Seperti dulu, saat aku bicara cinta, kaumalah tertawa. Seperti saat kita masih bersama, aku berkata rindu, namun kautulikan telinga.

Hanya cerita sederhana yang mungkin tak ingin kaudengar sebagai pengantar tidurmu. Kamu tak suka jika kuceritakan tentang air mata bukan? Bagaimana kalau kualihkan air mata menjadi senyum pura-pura? Tentu saja, kautak akan melihatnya, sejauh yang kutahu; kamu tidak peka. Dan, mungkin saja sifat burukmu masih sama, walaupun kita sudah lama berpisah dan sudah lama tak saling bertatap mata.

Lika Liku

lima tahun yang lalu, yang kufikir itu akhir dari segala tawaku. Lima tahun yang lalu dimana ada seorang gadis kecil lemah yang terus menangis saat melihatmu.Yang tak sanggup mendengar kabar bahagiamu bersama yang lain. Yang selalu tertawa disiang hari lalu menangis sejadi jadi nya dimalam hari dengan alasan yang sama; merindukanmu. Gadis bodoh yang selalu berharap kalau kau meminta melanjutkan kisah kita.Yang setiap malamnya selalu mengharapkan dirimu kembali. Yang terus-menerus kecewa karna tahu bahwa kau tidak pernah kembali. Ya, itu aku. Lima tahun yang lalu ku coba bangkit namun sialnya ku terjatuh lagi, tersandung tali kenangan kita yang berserakan dimana-mana. Aku yang takut melangkah saat itu melihatmu malah sedang tertawa pindah pindah loncatan dari hati satu ke hati lainnya. Aku yang selama tiga tahun terus menolak orang lain masuk ke hatiku kecuali, kamu. Dan tragisnya kau tidak memperdulikan itu. Hari demi hari, tahun demi tahun. Rasa itu pun lenyap. Merindukanmu yang selalu menjadi rutinitasku pun menjadi memuakkan bagiku. Disaat itu mulailah aku membuka hatiku, ku cari dia sang penyembuh luka. ku menemukannya, ku menemukan hidupku lagi. Ku tertawa bersama dirinya dan para sahabatku. Tapi tak lama. Sang menyembuh luka itu meninggalkan ku. Dia berkata, dia lelah mencintaiku. Miris?Klasik? jika itu cinta mengapa bisa lelah? Ku tertawa miris mendengarnya, ternyata dia bukanlah sang menyembuh luka yang ku harapkan. Ku kembali menjalani hidup dengan diselimuti rasa kecewa, rasa benci dengan cinta, rasa muak dengan janji manis. Gelar 'gadis dingin' pun kembali dikehidupanku. Sampai pada suatu saat ku menemukan matahariku, yang membuat gelar 'gadis dingin' itu hilang. Kau adalah berlian ku.